Saturday 23 April 2011

Cinta dan Kasih Sayang

0 comments
Allah memiliki sifat Ar-rahman dan Ar-rahim. Sifat ini paling banyak disebut kerana mengatasi sifat lain. Allah sendiri menciptakan alam semesta agar makhlukNya boleh merasakan cinta dan kasih sayangNya.
Cinta dan kasih sayang sesama makhluk hanyalah pecahan kecil bila dibandingkan cinta dan kasih sayang Allah yang akan diungkapkan pada saatnya nanti. Dalam kumpulan hadis yang dibuat oleh Muslim Ibn al-Hajjaj al-Qusyayri, menyebutkan bahawa Allah memiliki seratus kasih sayang, dan satu di antaranya Allah bahagikan kepada jin, manusia, dan seluruh makhluk hidup yang ada di bumi. Sedangkan 99 kasih sayang Allah yang lain, Allah simpan untuk ditunjukan di hari kiamat kelak.
Manusia adalah makhluk istimewa ciptaan Allah kerana diberi  roh langsung oleh Allah, untuk dapat meniru sifat-sifat mulia Allah. Hal ini Allah terangkan dalam surat Shaad ayat 72:
Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya rohKu; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya.

Dalam ayat tersebut, Allah meniupkan rohNya kepada manusia. Sehingga, manusia memiliki fitrah untuk menyayangi dan mencintai, seperti sifat Allah: Arrahman dan Arrahim.
Cinta dan kasih sayang ini juga sebahagian daripada fitrah makhluk Allah sebagai jalan melanjutkan kewujudannya. Allah sendiri menciptakan makhluk-Nya berpasang-pasangan agar boleh melanjutkan generasinya.
Manusia sendiri difitrahkan memiliki rasa cinta dan kasih sayang, khususnya kepada  jenis berlawanan. Hal ini merupakan sunatullah dan tidak boleh dihindari. Namun, agama mengatur cara mengungkapkannya sesuai dengan ukurannya, agar indah dan tidak merosakan.  Allah menciptakan alam semesta ini sesuai dengan ukuran-ukurannya. Ada batasan yang tidak boleh dilanggar.

Hal ini sesuai dgn firman Allah dalam surat Al Qamar ayat 49:
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”.

Cinta dan kasih sayang harus diungkapkan dengan baik dan benar sesuai dengan ukurannya. Jika tidak, boleh merosakan. Aturan cinta dan kasih sayang ini perlu dipelihara, sehingga boleh terpelihara dan keindahannya selalu terjaga serta menjadi benteng yang kukuh.
Contohnya, lihat pada pasangan suami-isteri. Cinta dan kasih sayang boleh menjadi benteng yang sangat kuat untuk menghadapi cubaan dan ujian dari Allah. Bila kita mampu menjaga kehadiran cinta dan kasih sayang, kita akan memiliki perlindungan yang terbaik untuk menghadapi tentangan besar dan badai kehidupan.
Namun, seringkali manusia tidak mengetahui hikmah yang tersembunyi di balik sebuah cubaan dan ujian. Lebih lagi apabila seorang manusia telah menggunakan egonya. Biasanya mereka akan kalah dan cenderung mempesoalkan tentang ujian dan cubaan yang menimpanya.
Contohnya ketika seseorang meluahkan perasaannya kepada orang yang disukainya. Kemudian mereka yakin bahawa hubungan mereka akan berjaya ke jinjang pelamin. Namun, mereka putus di tengah jalan.
Fenomena ini biasa terjadi dalam masyarakat, tetapi kita seringkali sukar menghadapinya. Bila tidak berhati-hati, boleh menyebabkan kekecewaan dan mempengaruhi hingga ke sendi-sendi kehidupan seseorang.
Sering kalahnya manusia dalam ujian dan cubaan cinta dan kasih sayang, merupakan kes yang biasa mendera kaum muda. Padahal, generasi muda sangat diharapkan oleh masyarakat sebagai agen perubahan. Sangat sayang apabila mereka  hilang dalam perjuangan zaman hanya kerana urusan cinta dan kasih sayang. Mereka hanya tidak mampu menguruskan fitrah yang sangat mendasar ketika menghadapi ujian kehidupan.
Paradigma Mukmin
Ketika kaum muda putus cinta, seolah-olah putus segala harapan untuk  mendapatkan kasih sayang dari jantina berlawanan. Padahal tidak. Kesempatan mereka untuk mendapatkan kasih sayang dalam koridor yang sebenar masih terbuka lebar.
Meskipun begitu, sebaiknya kita mengharapkan cinta dan kasih sayang dari Allah. Cinta dan kasih sayang tertinggi dan terbaik dibandingkan cinta dan kasih sayang dari manapun. Kita  seharusnya selalu berprasangka positif terhadap Allah. Sehingga mampu menjadikan kita menerima kenyataan apabila ungkapan cinta dan kasih sayang terhadap sesama kita terputus di tengah jalan.
Kita juga jangan sampai kehilangan pegangan hidup, iaitu Islam. Bagaimana pun, sesuatu yang kita peroleh adalah hasil terbaik yang diberikan Allah. Meskipun pada awalnya kita tidak memahami dan merasa sakit, tetapi apabila kita percaya bahawa hal tersebut merupakan yang terbaik, kita akan ikhlas menerimanya.
Bagaimana memelihara dan mengelola perasaan cinta dan kasih sayang yang baik terhadap pasangan?
Biasanya, sebelum berumah tangga, seorang pemuda selalu mendesak untuk segera menikah. Tetapi, setelah berumah tangga, akan terasa hambar kerana semuanya sudah diketahui dan terbuka. Impian yang pernah dicita-citakan sebelum bernikah dahulu, seringkali kandas dalam pertikaian, kekerasan dalam rumah tangga, dan penceraian. Dalam hal ini, ada kegagalan dalam mengelola cinta dan kasih sayang.
Rasul sendiri selalu memberikan kehangatan kepada isteri-isterinya, terutama Aisyah. Beliau selalu bermain serta memuji Aisyah. Sederhana dan mudah dipraktikkan untuk memelihara kehangatan. Contohnya dengan mengamalkan untuk mencium isteri 3 kali dalam sehari. Tidak perlu sembunyi-sembunyi. Kalau boleh, dihadapan anak-anak agar mereka boleh melihat ibubapanya yang bahagia.
Rasul juga selalu mencontohkan untuk menyampaikan kata-kata yang baik kepada isteri setiap hari seperti, “Kamu cantik sekali hari ini.” Rasul mencontohkannya dengan selalu memanggil Aisyah dengan jolokan si “pipi merah”. Ekspresi seperti ini, walaupun nampak mengada-ngada, tetapi ia merupakan doa yang terungkap dari dalam hati.
Tidak perlu membelikan alat-alat kecantikan yang mahal agar isteri menjadi semakin cantik dari hari ke hari. Cukup dengan memujinya setiap hari, maka isteri akan kelihatan lebih cantik, meskipun semakin tua dari hari ke hari. Kerana kecantikan isteri ada di dalam hatinya.
Amalan baik ini akan selalu dilihat oleh Allah. Allah berjanji apabila ada hambanya yang melakukan kebaikan dengan berusaha memelihara kasih sayang sebagai seorang suami kerana Allah, Allah akan semakin mendekatinya. Bila hambanya mendekati dengan berjalan, Allah akan menjemputnya dengan berlari. Janji ini sepatutnya dijadikan motivasi bagi kita untuk selalu menjaga keluarga kita sebaik-baiknya.
“jangan menghabiskan cinta dan kasih sayang pada masa sebelum menikah.Masih ada perjalanan panjang dalam rumah tangga nanti”.
Bagaimana pun, keluarga yang dibangun dengan cinta, akan membentuk masyarakat yang kukuh. Kerana keluarga adalah tiang  sesebuah masyarakat, dan nilai dari keluarga adalah cinta. Sehingga kita selalu dituntut untuk mencipta  keluarga yang sakinah, mawadah dan rahmah apabila mendambakan masyarakat madani dan negara yang makmur.
Adhika Banjari Mtp

Monday 18 April 2011

~*~ Assalamu’alaikum Calon Suamiku….~*~

0 comments
Kutulis ini usai sepertiga malam terakhir-Nya,
Bukan sekedar ungkapan relung biasa, namun tak melebihi cintaku kepada Alloh swt…

Ungkapan harapan dan cinta tuk seorang ikhwan nan jauh di sana…
Tuk calon suamiku yang telah tertulis dalam lauhul mahfudz-ku, yang tak kutahu ada di mana.

Duhai Calon Suamiku...

Aku di sini bersama setengah cinta yang belum sempurna karna tiada dirimu yang menyempurnakan...

Aku tak tau bagaimana awal nanti kita bertemu
Aku pun tak tahu kapan kita kan dipertemukan.
Namun yang ku yakin, Alloh telah menetapkan waktu indah-Nya untuk kita bersanding

Duhai… Calon Suamiku…

Tahukah kamu, apa yang sedang kulakukan di sini ?

Aku sedang mendidik diriku sendiri, menjaga pandangan dan hatiku, agar kelak diriku mencapai kesempurnaan sebagai wanita sholeha…

Aku sedang belajar menjaga diriku sendiri, menjaga tuk mengendalikan egoku sehingga nantinya kudapat mempersembahkan hatiku menjadi milikmu yang utuh dan sempurna…

Aku sedang melatih hidup mengabdi untuk orang banyak sehingga nantinya pengabdianku sempurna untukmu dan mujahidah kecil kita…

Aku sedang berjuang untuk cita-cita duniaku tuk menuju cita-cita akheratku sehingga nantinya pun aku dapat mendampingimu mewujudkan keluarga Sakinah Mawaddah Warohmah…

Akupun sedang menimba ilmu Islam, agar nantinya pemahaman Islamku cukup untuk bekalku bersamamu membangun keluarga Islami di mana seorang ibu adalah madrasah pertama bagi mujahidah kecilnya…

Duhai Calon Suamiku....

Aku sedang belajar dari sejarah hidup Bunda Khatijah.....
Belajar bagaimana menempatkan diri sebagai istri yang selalu siap menjadi tempat bagi suaminya berbagi cerita suka dan duka. Belajar untuk dapat memahami segala karakter dan sifat suami. Belajar menjadi istri yang siap memberikan support di kala semangat suami menurun dalam perjuangan mencapai tujuan hidup.

Aku sedang belajar dari sejarah hidup Bunda Aisyah…..
Belajar menjadi istri yang senantiasa membuat suami selalu tersenyum di kala pulang ke rumah bersama lelah akibat mencari nafkah seharian. Belajar menjadi istri yang setia menyimpan segala kekurangan dan kesalahan suami sehingga untuk selamanya menjadi rahasia hatinya sendiri. Belajar menjadi istri yang menempatkan suami sebagai guru dan diri sendiri sebagai murid. Belajar menjadi istri yang memiliki cinta di mana di dalamnya terdapat juga cemburu yang menjadi bumbu keromantisan.

Aku sedang belajar dari sejarah hidup Bunda Fatimah……
Belajar menjadi istri yang menjaga suaminya agar tak membagi cintanya pada yang lain. Belajar menjadi istri yang berusaha mempersembahkan kesempurnaan cinta pada suami sehingga takkan ada madu cinta dalam mahligai rumah tangganya.

Aku pun sedang belajar dari sejarah hidup Bunda Hajar……
Belajar menjadi istri yang mandiri meski tanpa suami di sisinya. Belajar menjadi istri yang siap memposisikan diri sebagai ayah bagi mujahidahnya di kala suami harus berhari-hari, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun tugas ke luar kota. Belajar menjadi istri yang tegar jika suatu hari kelak takdir harus memisahkan dirinya dengan suami untuk selamanya. Belajar jadi istri yang meletakkan segala harapan dan cinta kepada Alloh swt di atas segala harapan dan cinta kepada suami dan mujahidahnya.

Duhai Calon Suamiku……

Ada beberapa hal yang ingin aku ingatkan padamu bilamana Alloh swt menyatukan hati kita dalam mahligai rumah tangga.

Alloh swt pernah bersabda, “Dan pergaulilah mereka (isterimu) dengan baik. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” [QS: An Nisa' 19]. Jika kamu melihat yang salah pada diriku, insya Alloh kamu memiliki kemampuan untuk melihat yang baik dalam diriku.

Jika engkau melihat kekurangan pada diriku, ingatlah sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, “Sempurnanya iman seseorang mukmin adalah mereka yang baik akhlaknya, dan yang terbaik (pergaulannya) dengan istri-istri mereka.”

Perlunya aku mengingatkan ini padamu karna di dunia ini, manusia tiadalah luput dari kesalahan dan kekhilafan. Karna di dunia ini, tiadalah makhluk yang sempurna. Hanya Alloh swt pemilik segala kesempurnaan dunia akherat.

Duhai Calon Suamiku……

Kurasa, cukup sudah untuk saat ini aku bertutur keadaanku di sini. Bertutur beberapa harapanku padamu seandainya Alloh swt menyatukan hati kita di waktu indah-Nya nanti…


Wassalamu’alaikum Calon Suamiku……

Wednesday 13 April 2011

Nk maRah??? baCa Nihh......

0 comments

Aku paling benci bekerja dengan manusia yang suka marah-marah tak tentu hala. Semua benda yang tak betul, tanpa usul periksa terus nak marah. Sebelum melenting tu cuba lah bertanya dan soal selidik kenapa sesuatu perkara itu terjadi. Setiap perkara yang berlaku itu pasti ada sebab dan munasababnya. Ada juga manusia yang marah jika perbuatan salahnya ditegur. Tegur buat salah pun kena marah.
Bila anda sering marah tidak tentu hala, orang disekeliling anda juga akan ada perasaan yang sama terhadap anda. Mereka akan rasa nak marah je bila terpandang muka anda. Sifat marah boleh menimbulkan keburukan dan permusuhan, bukan saja kepada orang lain tetapi kepada diri sendiri.
Setiap manusia ada hati dan perasaan yang perlu dijaga. Kita sebenarnya tidak boleh sewenang-wenangnya mengambil jalan ‘pintas’ iaitu terus memarahi tanpa menyelidiki pokok pangkalnya. Sudah tentu, tindakan marah kita itu akan menjadi sia-sia serta menjarakkan hubungan persaudaraan.
Sememangnya hidup ini banyak cabaran, dugaan dan penuh dengan liku-liku dan ranjau yang harus dilalui dan dihadapi dengan penuh kesabaran dan ketenangan. Cabaran dan dugaan itu bermacam-macam bentuk, kesusahan, kesengsaraan dan juga munkin kesenangan dan kegembiraan. Jika kesenangan yang diperolehi, gembiralah hati kita dan jika kesusahan yang menimpa, maka akan kecewalah dan marahlah kita. Sifat marah adalah suatu sifat semulajadi manusia, cuma perlu pada tempat dan masa yang betul, bukan mengikut perasaan dan hawa nafsu.

Bagi orang Islam yang beriman, sifat sabar menjadi perisai dalam menghadapi segala cabaran dan dugaan dan sentiasa reda dengan takdir Allah Subhanahu Wataala. Gagal mengawal emosi atau cepat naik angin biasanya berlaku ketika seseorang itu hilang pertimbangan.
Ketika anda marah, sebenarnya anda telah dikuasai syaitan yang akhirnya akan berlaku suasana tegang seperti kawan bertengkar sesama kawan atau anak mengherdik ibu bapanya. Dah banyak kes yang macam ini sekarang, buka surat khabar sahaja, pasti ada cerita pasal manusia yang hilang sabar, ada ibu mengandung yang ditendang suami, isteri disimbah asid, anak didera dan dipukul. Semua itu bukan sifat manusia.

“Dari ‘Atiah Radiallahuanhu ia berkata, Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda : Sesungguhnya marah itu daripada syaitan dan syaitan itu diciptakan daripada api dan sesungguhnya api itu terpadam dengan air, maka apabila salah seorang dari kamu marah, maka hendaklah ia berwuduk”.(Riwayat Al-Imam Abu Daud).
Sekiranya kita dimarahi, janganlah pula menambah buruk lagi keadaan. Kita harus memainkan peranan bagi memadamkan api kemarahan itu. Bukannya melawan api yang sedang marak itu dengan api kemarahan anda juga. Jika api bertemu api pasti bencana akan berlaku. Orang sekeliling juga harus memainkan peranan, bukan mencurahkan petrol ke api. Menambahkan kemarahan.
Jika anda sedang marah, amalkan bacaan A’uzubillah himinasyaitaannirrajiim (Aku berlindung kepada Allah s.w.t daripada syaitan direjam) selain tidak meninggalkan solat kerana di dalamnya terdapat kesan hebat yang boleh menerbitkan perasaan tenang jika diamalkan dengan sepenuh ikhlas.
Hikmah mengawal sifat marah, Boleh mengelakkan berlakunya sifat dengki, dendam, benci, buruk sangka, memendam perasaan tidak baik terhadap seseorang dan bermacam-macam lagi sifat yang tidak baik. Kita juga dapat mencontohi akhlak mulia Rasulullah S.A.W seperti bersopan santun dan bersedia memaafkan orang yang bersalah. Sikap sedemikian boleh menimbulkan perasaan kasih sayang dan kemesraan.

Tuesday 12 April 2011

Ujian itu...........

1 comments

 Dahulu aku melihat orang lain sentiasa diuji dengan pelbagai dugaan. Sakit, kehilangan harta benda, kehilangan orang tersayang dsb. Itu tandanya Allah masih ingat akan kita. Dia mahu menguji hambanya supaya jika kita bersabar, insyaAllah kita kan mendapat ganjaranNya.
Dan aku tertanya, kenapa aku tidak pernah diuji dengan segala cabaran yang aku lihat terpaksa dipikul oleh orang lain? Lupakah Allah kepada aku?
Atau Allah sudah tidak sayang kepada aku?
Kemudian aku tersedar, yang ujian Allah itu juga boleh datang dalam bentuk kesenangan. Dan kadang-kadang kesenangan itu lebih berat ujiannya daripada kesusahan. Oh, aku sedang diuji waktu itu tanpa aku sedari.
Persoalannya, luluskah aku dengan ujian itu? Hanya Allah yang tahu.
Dan sekarang, mungkin Allah mahu aku merasa ujian yang aku pernah 'minta' dahulu. Ujian dalam bentuk kesusahan.
Susahnya kehidupan seorang pelajar.
Tidak pernah diduga oleh aku yang Allah akan menguji aku dalam bentuk ini. Kerana dahulu, soal pelajaran tidak pernah menjadi satu masalah.
Tetapi aku tahu. Allah tidak akan pernah menguji hamba-Nya dengan ujian yang tidak terdaya oleh kita. Persoalannya, mampukah aku lulus dengan ujian ini?

Setiap perkara yang berlaku, baik buruk mahupun baik, ada hikmahnya. Andai aku gagal dalam ujian ini, mungkin ada hikmahnya. Allah ada perancangan yang lebih baik untuk aku, lebih baik daripada perancangan manusia untuk aku.
Namun, aku hidup dengan manusia. Terarah dengan jangkaan, harapan dan sangkaan manusia. Sedar atau tidak, aku terpasa memenuhi semua tuntutan itu. Sehingga aku mungkin lupa yang kehendak Allah jauh melangkau segalanya.~~~

Jom ke Puncak Kedamaian

0 comments


Hidup ini terlalu singkat untuk berehat-rehat dan bermalas-malasan.
Hidup ini juga terlalu pendek untuk bersedih dan bermuram durja.
Malanglah bagi manusia yang tidak memanfaatkan hidupnya ke tahap maksimum.
Begitu yang bisa saya simpulkan berdasarkan pengalaman 20 tahun hidup di dunia yang fana ini. Tidak hanya itu, malah saya menyaksikan ramai orang di sekeliling saya yang tidak menemukan bahagia, tidak juga berjumpa ketenangan, jauh sekali kebahagiaan.
Padahal, mereka memiliki harta yang banyak, kedudukan yang tidak kalah hebatnya, otak yang tak tertanding pintarnya. Mereka punya segala-gala. Tetapi jauh di dalam sana, jiwa mereka kosong.
Namun begitu, bukanlah minat saya untuk berbicara tentang orang lain. Saya memang suka melihat dan memerhati tingkah laku manusia, tetapi tidak bermakna saya tidak mencermin diri sendiri.
Jujurnya, saya juga pernah seperti mereka. Saya pernah merasakan seolah-olah bahagia dan damai itu tidak hadir dalam hidup saya walhal saya boleh dikatakan berada dalam comfort zone.
Saya mungkin bukan berasal daripada keluarga yang kaya-raya, berkedudukan atau terhormat, tetapi sekurang-kurangnya, saya tak pernah kebulur, saya sentiasa punya wang yang cukup untuk menyara diri sendiri, saya punya tempat berteduh yang amat selesa, dan saya malah mempunyai tahap pendidikan yang boleh dibanggakan.
Dipendekkan cerita, dunia saya miliki, tetapi saya tidak pernah merasai kebahagiaan yang hakiki.
Lalu saya berkelana di bumi tercinta ini, mencari makna diri. Mencari jawapan kepada persoalan hidup yang rutin. Untuk apa saya belajar pandai-pandai? Untuk apa saya skor dalam peperiksaan sedang saya tidak merasai apa-apa pun yang bertambah dalam hidup saya setelah saya mencapainya?
Mungkin saya bangga dan berbunga-bunga seketika, kemudian semuanya kembali normal dan saya meneruskan hidup lagi. Semua yang saya capai bagaikan tiada makna... Saya masih ingat, sewaktu kecil-kecil dahulu, saya pernah bertanya ibu,
"Ma, bakpo(kenapa) kito keno belajar sungguh?"
"Ngah keno ngaji sungguh, nanti buleh belajar kat universiti, buleh dapat kijo bagus, buleh beli kereta besar, rumoh besar, buleh naik kapal terbang, melancong sano-sini, buleh buat macam-macam, dok la nati jadi ore(orang) miskin, dicemuh ore...Haa..tak sey(tak nak) jadi pandai?", ibu saya malah menjawab dengan persoalan juga.
Apalagi, cepat-cepat saya mengangguk. Masakan tidak, ngeri saya mendengar perkataan miskin dan dicemuh orang. Sungguh, saya paling tidak suka dihina dan dicemuh. Saya tidak larat memikul semua itu.
Maka sejak itu, saya menanam tekad untuk belajar bersungguh-sungguh lantaran saya telah memikirkan yang indah-indah. Saya kepingin belajar di universiti, punya kerja yang bagus-bagus, punya rumah dan kereta mewah, melancong ke serata dunia, wahhh... tidak sikit benarnya kata ibu, begitu fikir saya.
Nah... Akhirnya dengan rahmat Allah, saya sudah memperoleh hampir sebahagian daripada impian waktu kecil saya, dan kini saya sedang mendaki puncak jaya. Namun, di mana bahagia? Saya masih tidak merasa apa gunanya memiliki ini semua.
Apakah dengan memiliki kemewahan saya akan memeluk dunia ini sehingga saya mati? Sudah tentu tidak.
Saya kini merasakan bukan harta yang bisa membahagiakan, bukan baju-baju cantik atau aksesori-aksesori berjenama yang membawa ketenangan, bukan juga pria handsome yang memuja kita siang dan malam yang jadi perkiraan, tetapi jauh di lubuk hati yang terdalam, saya menyedari bahawa hati ini merindukan Allah... Merindukan Dzat yang lebih agung daripada dunia dan seisinya.
Saya bukan mencintai kedamaian, tapi saya sebenarnya merindukan Pencipta Kedamaian, saya bukan mengharapkan kebahagiaan hadir ke dalam hidup saya, tetapi bahkan saya mendambakan Pencipta Kebahagiaan itu sendiri.
Saya dan orang-orang di luar sana, yang malah ada yang sudah pun sukses dan berhasil, tetapi masih berkata tidak memiliki apa-apa, kalian sebenarnya merindukan Allah! Kalian mendambakan pencipta kalian, kalian merindukan sifat-sifat Allah. Kerana apa? Kerana sebab itulah kita semua diciptakan!
"Tidak diciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadat kepadaku"(Azzaariyaat:56)
"Maka,hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama(Islam);( sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. (itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (Ar-Rum:30)
Sahabat-sahabat, saat kita mengkosongkan diri di hadapan Allah,merasakan bahawa diri kita ini tidak berdaya, mengakui bahawa kita hanyalah hamba, dan Allah lah yang Maha Berkuasa, maka ketika itulah, sebuah keindahan dan kedamaian yang tidak tergambarkan akan tercipta.
Iaitu saat kita kembali kepada fitrah! Jangan sekali-kali merasa cukup dengan diri sendiri, jangan merasa dunia ini kita yang punya. Ingatlah, semua harta yang kita miliki hanyalah pinjaman daripada Allah.
Sentiasalah bersyukur dan merasai kebersamaan dengan Allah dan Dia telah berfirman,
"Maka ingatlah kepadaKu, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepadaKu, dan janganlah kamu ingkar kepadaKu." (Al-Baqarah:152).
Hidup ini hanyalah seperti sebuah ladang tempat kita menanam benih amalan, agar hasilnya nanti dapat kita tuai buat bukti diri patuh ajaran Tuhan! Wallahualam.
Di luar sana, ada yang tak cukup makan, tapi, ramai yang cukup makan pun tak reti-reti nak cukupkan solat lima waktu!